Membahas tentang cinta memang tak ada bosan-bosannya. Apalagi jika kita juga sedang jatuh cinta. Terjun ke dunia Adam dan Hawa memang tak selalu seindah yang kita pikirkan. Tak jarang kita harus memilih kepada siapa cinta kita harus dicurahkan.
Di bawah ini ada ilustrasi tentang "Cinta Ibarat Buah Apel, Kedondong, dan Durian".
Cinta pun seperti kisah di atas. Tak dapat dipungkiri, pertama kali kita pasti akan memilih pasangan dari fisiknya saja. Tanpa kita ketahui apakah dia "apel" yang fisik dan hatinya sama cantiknya?
Ataukah dia "kedondong" yang cantik di fisiknya tapi jahat hatinya?
Mungkinkah dia seperti "durian", biarpun fisik kurang, namun hatinya baik?
Secantik-cantiknya seseorang pasti ada cacatnya. Sebaik-baiknya seseorang tak luput dari sifat jahatnya.
Semoga cerita kali ini ada manfaatnya untuk kita yang sedang memilih pasangan :).
Di bawah ini ada ilustrasi tentang "Cinta Ibarat Buah Apel, Kedondong, dan Durian".
Kuncung adalah seorang santri di desa kecil. Dia memiliki 3 kebun di sekitar rumahnya. Kebun itu adalah warisan dari ayahnya. Ketiga kebunnya oleh ayah Kuncung ditanami buah Apel, Kedondong dan Durian. Namun Kuncung tidak mengenal ketiga buah tersebut.
Musim panen pun tiba. Tapi sayangnya, kebun apelnya hanya berbuah 1 buah apel, beda dengan kedondong dan durian yang sangat lebat.
Kuncung mulai memanen ketiga macam buah di kebunnya. Semuanya langsung dipasarkan, dan Kuncung sama sekali tidak mencicipi hasil kebunnya.
Karena keperluan mendadak, Kuncung harus menjual tanah kebun miliknya. Kuncung akhirnya menjual kebun apel karena tidak berbuah lebat. Namun ternyata uangnya belum cukup.
Kuncung bingung harus menjual kebun yang mana. Apakah kebun kedondong atau durian?
Setelah dipikirkan, Kuncung akhirnya menjual kebun durian, karena dia yakin durian pasti tidak enak, kulitnya saja berduri.
Sampai saat ini Kuncung hanya memiliki kebun kedondong yang tidak dijual karena dia pikir kedondong buahnya enak sesuai kulit luarnya yang halus dibanding durian.
Dan akhirnya Kuncung memanen dan mencicipi kedondong dari kebunnya. Bersamaan dengan itu, tetangganya memberi sebuah durian untuk Kuncung.
Betapa kaget dan menyesalnya Kuncung saat itu. Ternyata Kuncung baru tahu durian lebih enak daripada kedondong. Dia menyesal telah menilai buah apel, kedondong dan durian dari kulitnya saja.
Cinta pun seperti kisah di atas. Tak dapat dipungkiri, pertama kali kita pasti akan memilih pasangan dari fisiknya saja. Tanpa kita ketahui apakah dia "apel" yang fisik dan hatinya sama cantiknya?
Ataukah dia "kedondong" yang cantik di fisiknya tapi jahat hatinya?
Mungkinkah dia seperti "durian", biarpun fisik kurang, namun hatinya baik?
Secantik-cantiknya seseorang pasti ada cacatnya. Sebaik-baiknya seseorang tak luput dari sifat jahatnya.
Semoga cerita kali ini ada manfaatnya untuk kita yang sedang memilih pasangan :).